BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Tata
krama atau adat sopan santun
atau yang biasa disebut etiket telah menjadi bahan dalam hidup kita, ia telah
menjadi persyaratan dalam hidup sehari-hari, malahan menjadi meningkat dan
sangat berperan untuk memudahkan manusia diterima di masyarakatnya. Pada waktu
anda masih kanak-kanak, secara tidak sadar orang tua anda telah melatih anda
agar menerima pemberian orang dengan tangan kanan, lalu mengucapkan terima
kasih.
Tata
krama adalah kebiasaan. Kebiasaan ini merupakan
tata cara yang lahir dalam hubungan antar manusia. Kebiasaan ini muncul karena
adanya aksi dan reaksi dalam pergaulan. Sebagai contoh, kalau orang indonesia
setuju dengan apa yang dikemukakan ia akan mengangguk- anggukan kepalanya.
Sebaliknya di negeri lain ada yang menyatakan setuju dengan
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Pentingnya Tata Krama diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
contonya orang tua juga
melatih kita cara makan, minum, menyapa, memberi hormat, berbicara, berpakaian,
dan bersikap jika ada tamu yang datang kerumah. Lama kelamaan prilaku kita
terbentuk menjadi suatu kebiasaan, tanpa memikirkan mengapa harus bertindak
seperti yang demikian.
Tata krama yang semula berlaku dalam lingkungan terbatas, lama
kelamaan dapat merambat kelingkungan masyarakat yang lebih luas. Banyak manusia
yang memiliki jenis manusia tipe durian, yaitu orang yang penampilannya tidak
menarik, kasar, dan tidak mengundang simpati, namun berhati emas. Hatinya
diliputi sifat-sifat terpuji, seperti rendah hati, suka memaafkan, suka
menolong, dan menghargai orang, serta tidak menyakiti orang lain. Manusia tipe
kedong-dong akan dijauhi orang setelah merasakan betapa asam sifat-sifatnya.
Disinilah letak
betapa pentingnya tata krama. Orang yang mengenal dan menerapkannya akan
melahirkan penampilan yang menarik seperti kulit kedongdong, dan perhatian itu
tepancar dari hati seperti isi durian.
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok 3
ingin mengangkat judul Makalah Hubungan Etika dengan Tata Krama.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, adapun
rumusan masalah nya adalah apakah hubungan etika dengan tata krama.
1.3 Tujuan Masalah
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah menjelasan hubungan
etika dengan tata krama.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika
Etika (Yunani Kuno:
"ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah
sebuah sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat
yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab]St. John of Damascus
(abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical
philosophy).
Etika dimulai bila
manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.
Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis
kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah
diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia.
Secara metodologis,
tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.
Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika
adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang
meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.
Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
2.2 Pengertian Tata
Krama
Tata krama terdiri dari kata “tata” dan “krama”. Tata
berarti aturan, adat, norma, peraturan. Krama berarti sopan santun, prilaku
santun, tingkah laku yang santun, bahasa yang santun, kelakuan yang santun,
tindakan yang santun.
Jadi
Tata Krama dalam pergaulan merupakan aturan kehidupan yang mengalir hubungan
antar manusia. Tata krama pergaulan berkaitan erat dengan etiket atau etika.
Menurut para ahli tata karma/ etika tidak lain adalah
prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan
mana yang benar dan mana yang buruk, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli
berikut ini :
Drs. O. P Simorangkir
Tata karma atau etika sebagai pandangan manusia dalam berpengaruh dalam berpakaian menurut ukuran dan nilai yang baik
Tata karma atau etika sebagai pandangan manusia dalam berpengaruh dalam berpakaian menurut ukuran dan nilai yang baik
Drs. Sidi Gajalba
Dalam sisitematika filsafat , tata krama adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik maupun buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Dalam sisitematika filsafat , tata krama adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik maupun buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Drs. H. Burhanudin Salam
Tata karma atau etika adalah filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma yang prilaku manusia dalam hidupnya.
Tata karma atau etika adalah filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma yang prilaku manusia dalam hidupnya.
Bertens
(1999 : 6)
A. Tata karma etika memiliki 3 arti yaitu
a.Etika dalam arti nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya.
b.Etika dalam arti kumplan asas atau nilai moral dimaksukan sebagai kode etik.
c.Etiks dalam arti ilmu tentang yang baik atau buruk.
Black
(1990: 11)
Etika ilmu yang mempunyai cara manusia memperlakukan sesamanya dan apa hidup yang baik.
Etika ilmu yang mempunyai cara manusia memperlakukan sesamanya dan apa hidup yang baik.
B.Manfaat
Tata Krama
Adapun
manfaat tata krama atau etika yaitu:
1.Ada
membuat seseorang mengambil keputusan dalam suatu masalah dengan bijak.
2.Memberi pengenalan bagaimana menjalani hidup melalui rangkaian tindak sehari- hari.
3.Membuat anda menjadi disegani, dihormati.
4.Memudahkan hubungan baik dengan orang lain.
5.Memberi keyakinan pada diri sendiri dalam setiap situasi.
6.Menjadikan anda dapat memelihara suasana yang baik dalam berbagai lingkungan, baik itu linkungan keluarga, pergaulan, dan dimana anda bekerja.
2.Memberi pengenalan bagaimana menjalani hidup melalui rangkaian tindak sehari- hari.
3.Membuat anda menjadi disegani, dihormati.
4.Memudahkan hubungan baik dengan orang lain.
5.Memberi keyakinan pada diri sendiri dalam setiap situasi.
6.Menjadikan anda dapat memelihara suasana yang baik dalam berbagai lingkungan, baik itu linkungan keluarga, pergaulan, dan dimana anda bekerja.
2.3 Tata Krama Dalam Pergaulan
Tata Krama dalam pergaulan merupakan aturan kehidupan
yang mengalir hubungan antar manusia. Tata krama pergaulan berkaitan erat
dengan etiket atau etika. Kata etiket berasal dari Perancis yaitu Etiquette
yang berarti tata cara bergaul yang baik, dan etika berasal dari bahasa Latin
Ehtic merupakan pedoman cara hidup yang benar dilihat dari sudut budaya,
susila, dan, agama. Dalam setiap pergaulan perlu adanya komunikasi, karena hal
ini akan menghasilkan penyampaian yang baik, seperti bagaiamana berbicara
dengan orang yang lebih tua, berkenalan dengan sopan. Sopan santun atau tata
krama merupakan kesadaran yang sensitive atau perasaan orang lain. Jika kita
memiliki kesadaran tersebut, berarti kita memiliki sopan santun yang baik.
Dalam tata krama juga memilikki dasar- dasar tata krama/ etika yaitu:
1.Bersikap
sopan dan ramah kepada siapa saja,
2.Memberi perhatian kepada orang lain.
3.Berusaha selalu menjaga perasaan orangn lain.
4.Bersikap ingin membantu.
5.Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam situasi apappun.
6.Memilki rasa toleransi yang tinggi.
2.Memberi perhatian kepada orang lain.
3.Berusaha selalu menjaga perasaan orangn lain.
4.Bersikap ingin membantu.
5.Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam situasi apappun.
6.Memilki rasa toleransi yang tinggi.
Dari dasar-dasar tata krama dalam pergaulan juga
memiliki ciri seorang individu yang memiliki tata krama yang baik, antara lain
:
1.Memiliki
rasa percaya diri ketika mengadapi masyarakat dari tingkat manapun.
2.Tingkah laku dan ucapannya selalu mempertimbangkan serta mencerminkan perhatian kepada orang lain.
3.Bersikap sopan, ramah dan selalu menunjukan sikap mempertimbangkan seta mencerminkan perhatian kepada orng lain.
4.Bisa menguasai diri sendiri dan selalu ber4usaha tidak menyinggung, mengganggu, menyakiti perasaan dan pikiran orang lain.
5.Selalu berusaha tidak mengecewakan, membuat gusar apalagi membuat orang marah, walaupun diri sendiri dalam keadaan sedih, kesal, lelah ataupun jenuh.
2.Tingkah laku dan ucapannya selalu mempertimbangkan serta mencerminkan perhatian kepada orang lain.
3.Bersikap sopan, ramah dan selalu menunjukan sikap mempertimbangkan seta mencerminkan perhatian kepada orng lain.
4.Bisa menguasai diri sendiri dan selalu ber4usaha tidak menyinggung, mengganggu, menyakiti perasaan dan pikiran orang lain.
5.Selalu berusaha tidak mengecewakan, membuat gusar apalagi membuat orang marah, walaupun diri sendiri dalam keadaan sedih, kesal, lelah ataupun jenuh.
Dalam menjalalani pergaulan yang penuh denagn tata
krama perlu adanya kesadaran dalam diri. Akakn tetapi, disisi lain , peraturan
di dunia ini adalah kesadaran. Anak usia 1,5 tahun mulai bias mengerti, orang
lain mempunyai perasaan seperti halnya dirinya. Inilah sat yang tepat unutk
memulai mendidik anak mengenai sopan satun atau dengan kata lain mengajarkan
padanya mengenai perasaan orang lain. Untuk itu kita harus mendidiknya. Ada 5
hal yang sebaiknyadiajarkan pada usia dini daalam bertata krma, yakni :
1.Tolong
Kata ini sudah mulai bias diajarkan sejak anak berusia
1,5 tahun. Biasakan untuk “mengharuskannya” mengatakan “Tolong” jika
menginginkan sesuatu. Jangna lupa beri anak contoh. Stiap kali minta bnatuan
kepada siapa pun,jangan pernah lupa mengawalinya dengan kata “Tolong”.
2.Terima Kasih
Anak usia 18 bulan mungkin sudah dapat menngucapkan
kata-kata ( meski masih cadel) dan tidak atau belum dapat menangkap arti yang
sesungguhnya. Baru di saat berumur 22,5 tahun, anak dapat menghubungkan antara
kata dan konsep arti9. Jika pada usia itu ia belum memiliki kebiasaan baik,
didik dan biasakank unutk mengucapkan : Terima Kasih” jika menerima sesuatu
dari orang lain.
3.Berbagi
Anak usia 2 tahunan mulai mengerti konsep atau arti
berbagi, menunggu, giliran, walaupun mungkin tidak senang melakukannya.
Dorongan anak untuk mau berbagi dengan teman-temannya saat mereka sedang
bermain. Misalnya dengan memberikan mainan yang sama dan menawarkan satu kepada
temannya.
4.Maaf
Apa yang bias diharapkan dari balita usia 1,5 tahun
yang pengertiannya masih sangat mendasar? Dia pasti benar-benar sulit unutk
mengerti, kenapa dia harus minta maaf. Tapi setelah dia berumur 2,5 – 3 tahun,
dia akan mengerti konsep tersebut meski masih masih sangat sempit. Jika ia
merebut main temannya, misalnya, beri pengertian padamya sambil bermain, bahwa
tingkah lakunya salah dan harus minta maaf.
5.Di Meja Makan
Anak umur 3 tahun dapat makan denagn sendok dan garpu
dan duduk manis di kursi di depan meja makan selama 15 – 20 menit. Ia juga
sudah mampu membersihkan mulutnya dengan serbet/ tisu jika ad makanan menempel/
tercecer di mulutnya. Untuk melatihnys, selama masa balita, beri anak makanan
dengan porsi kecil, jangan dengan piring ceper dan semangati anak unutk
menggunakan alat – alalt makank yang diperlukan. Didik anak untuk tidak
memainkan atau membuang makanan yang kebetulan tidak di sukainya atau karena
kebanyakan, katakan padanya, “Kita tidak boleh membuang-buang makanan”. Ajarkan
pula jika ditawari makanan, ia harus menjawab, “Ya, terima kasih” atau “ Tidak,
sudah cukup. Terima kasih”.(Tabloid Nova).
2.4
Pentingnya Tata krama dalam bergaul
a.
Membuat individu mengambil keputusan dalam suatu masalah dengan bijak
b.
Memberi pengenalan bagaimana menjalani hidup melalui rangkaian tindakan sehari-
hari
c.
Membuat seseorang disegani, dihormati dan disenangi orang lain
d.
Mendapat kemudahan dalam hubungan baik dengan orang (better human relation)
e.
Memberi keyakinan pada diri sendiri dalam setiap situasi
f.
Dapat memelihara suasana yang baik di lingkungan keluarga, tempat kerja, dan
antara teman
g.
Menciptakan suatu kedamaian dalam kehidupan sosial
h.
Menumbuhkan kesadaran seseorang akan pentingnya bertata krama
i.
Menambah ilmu pengetahuan baik secara lisan maupun tertulis
j.
Menghindari terjadinya pertentangan
2.5 Contoh Tata Krama di Kehidupan Sehari-hari
TATA KRAMA PERGAULAN
SESAMA TEMAN
Hidup tanpa teman sungguh tidak terbayangkan. Hidup
tanpa teman berarti hidup sendiri, sunyi, sepi, tidak ada tempat bersuka cita,
tidak ada tempat mengeluh atau minta pertolongan manakala kesulitan. Oleh
karena itu perlu dijaga hubungan baik dengan teman-teman tetapi tetap
terpelihara. Untuk itu, perlu diperhatikan beberapa hal antara lain:
Bantulah teman yang minta pertolongan dengan kemampuan
kita. Jika karena sesuatu hal kita tidak dapat memenuhi permintaan itu,
sampaikanlah hal itu secara halus disertai alasan-alasan yang masuk akal,
Hargailah pendapat teman. Jika kita tidak sependapat, kemukakanlah pendapat
kita sendiri secara baik-baik, Hindarilah penggunaan kata-kata buruk, jelek,
tidak pantas, dan sebagainya dalam mengomentari pekerjaan atau pakaian teman,
karena masalah penilaian baik atau buruk dalam hal ini umumnya bersifat
subjektif. Baik menurut kita, belum tentu baik buat orang lain. Ingat bahwa
tidak seorangpun yang rela dicela, Sering-seringlah menggunakan kata-kata
pujian kepada teman-teman setelah mereka melakukan sesuatu dengan baik,
Ucapkanlah terima kasih yang tulus kepada teman yang telah berbuat baik kepada
kita betapapun kecilnya kebaikan itu, Jauhilah kebiasaan berguncing karena
pergunjingan merupakan sumber pertikaian atau perpecahan, Janganlah memendam
rasa kecewa berlama-lama, karena hal ini bisa meledak menjadi kemarahan yang
berakibat pertengkaran. Curahkanlah perasaan itu segera secara terbuka dan
baik-baik. Ingat kekecewaan belum tentu beralasan, mungkin kita sendiri yang
salah mengerti, Terimalah setiap teguran dengan hati yang lapang. Jika memeang
kita bersalah, akuilah secara jantan dan mintalah maaf; jika tidak, jelaskanlah
baik-baik duduk persoalannya. Hindarkanlah sikap mau menang sendiri, mau benar
sendiri. Ingatlah peribahasa ”Orang pandai berbicara dengan mulut, orang bodoh
berbicara dengan tinju”, Biasakanlah menggunakan kata-kata manis, seperti ”
Selamat Pagi” dan sebagainya, ”Sampai Jumpa”, ”Silakan....!”, ”Maaf....!,
”Tolong...!, dan lain-lain, Kembalikanlah segera barang/uang pinjaman; jangan
dibiarkan si pemilik mengambilnya sendiri (dengan kecewa).
Dalam bergaul kita
patut mematuhi tata krama dalam bergaul agar kita senantiasa membina hubungan
baik dengan teman sebaya. Contoh tata krama dengan teman sebaya yaitu Krama Dalam bergaul.
a.
Menghindari Penghinaan
b.
Menghindari Ikut Campur Urusan Pribadi
c.
Menghindari Memotong Pembicaraan
d.
Menghindari Membanding-bandingkan
e.
Menhindari membela musuhnya dan mencaci kawannya
f.
Menghindari Merusak Kebahagiaan
g. Menghindari
Mengungkit masa Lalunya
h.
Berhati-hati dengan perasaan marah
i.
Menghindari Menertawakan Orang lain.
TATA KRAMA PERGAULAN
DENGAN GURU
Dalam tata krama masyarakat Jawa dikenal ungkapan ”Guru, ratu, wong atau karo”.
Ini mengandung arti bahwa guru, menurut urutan kata-katanya, adalah orang yang
pertama-tama harus dihormat, kemudian berturut-turut raja dan orang tua.
Agaknya ini tidaklah berlebihan, karena gurulah yang memberikan pengetahuan,
kepandaian, ketrampilan sebagai bekal hidup. Setiap guru selalu dengan ikhlas
berusaha agar anak didiknya menjadi orang yang berguna bagi dirinya sendiri
maupun bagi orang lain. Oleh karena itu, setiap mahasiswa hendaknya memiliki
rasa hormat kepada guru. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pergaulan dengan
guru:Tunjukkanlah sikap hormat dan gunakanlah bahasa yang halus dan sopan, jika
sedang berhadapan / berbicara dengan guru. Jika perkuliahan sedang berlangsung,
curahkanlah seluruh perhatian kepada guru, janganlah berbuat gaduh atau
bercakap-cakap karena hal itu di samping mengganggu ketenangan, juga sangat
menyinggung perasaan guru. Pertanyaan atau tanggapan mengenai materi
perkuliahan hendaknya dikemukakan secara sopan, jangan sampai timbul kesan
mahasiswa lebih tahu dari guru atau mengajarinya. Usahakanlah untuk tidak
keluar ruangan belajar (misalnya ke kamar kecil). Kalaupun sangat terpaksa,
minta izin terlebih dahulu pada waktu guru tidak berbicara.
Saling berbisik terus menerus sambil masing-masing memandang pada guru pada waktu guru sedang berbicara (misalnya menyajikan kuliah) juga dipandang kurang sopan dan guru bisa tersinggung karenanya. Hendaklah sudah berada di dalam ruangan sebelum guru datang masuk. Jika terlambat, mintalah maaf sambil memberikan alasan yang tepat. Kerjakanlah setiap tugas dari guru dengan sebaik-baiknya.
Saling berbisik terus menerus sambil masing-masing memandang pada guru pada waktu guru sedang berbicara (misalnya menyajikan kuliah) juga dipandang kurang sopan dan guru bisa tersinggung karenanya. Hendaklah sudah berada di dalam ruangan sebelum guru datang masuk. Jika terlambat, mintalah maaf sambil memberikan alasan yang tepat. Kerjakanlah setiap tugas dari guru dengan sebaik-baiknya.
TATA KRAMA DI
LINGKUNGAN KELUARGA
Kita, manusia, diciptakan Tuhan melalui kedua orang tua kita, yaitu ayah dan
bunda. Oleh karena itu jika kita merasa senang atau bahagia dilahirkan ke
dunia, maka di samping bersyukur kepada Tuhan, kita pun berkewajiban untuk
berterima kasih kepada kedua orang tua kita. Perlu disadari secara mendalam
bahwa orang tua bukan saja melahirkan kita, melainkan juga dengan kasih sayang telah
membesarkan dan mendewasakan kita, memberikan kepada kita makanan, pakaian,
pendidikan, menjaga kesehatan, dan melindungi kita dari berbagai mara bahaya,
betapapun besarnya resiko bagi mereka. Kasih sayang dan pengorbanan itu
dicurahkan dengan segala keikhlasan demi kebahagian kita.
Oleh karena itu, wajarlah apabila kita selalu berterima kasih kepada orang tua.
Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai tanda terima kasih? Bukan balas budi
berupa materi. Orang tua sudah merasa cukup bahagia apabila anaknya melakukan
hal-hal yang dapat menjamin masa depannya sendiri dengan baik, antara lain:
1. Mentaati segala
nasihat, baik orang tua dan tidak membantahnya tanpa alasan yang masuk akal.
Setiap keberatan atas nasihat/saran orang tua dikemukakan dengan baik-baik,
Tidak melakukan hal-hal tercela, lebih-lebih yang dapat menimbulkan aib bagi keluarga,
Tidak melakukan hal-hal tercela, lebih-lebih yang dapat menimbulkan aib bagi keluarga,
2. Selalu bersikap dan
berbahasa lembut kepada orang tua, saudara-saudara dan orang lain,
3. Rajin belajar dan
suka membantu orang tua di rumah,
4. Saling mengerti,
saling menghargai dan saling menolong dengan saudara-saudara, tidak pernah
bersikap mau menang sendiri, mau kenyang sendiri, mau menang sendiri tanpa
memikirkan orang lain,
5. Memelihara kebersihan
di dalam rumah dan menjaga keselamatan/keutuhan barang-barang yang ada di rumah
serta tidak meminjamkan barang apapun kepada orang lain tanpa izin orang tua
atau saudara yang memiliki barang,
6. Tidak menuntut
sesuatu di luar kemampuan orang tua,
7. Selalu terbuka, tidak
pernah menyembunyikan masalah pribadi dari orang tua, lebih-lebih yang pada
akhirnya menuntut keterlibatan keluarga,
8. Memberitahu jika
hendak pergi dan tidak berada di luar rumah berlama-lama sehingga menimbulkan
kegelisahan orang tua,
9. Tidak bergaul terlalu
rapat dengan teman-teman tak sejenis dan tidak terlalu sering membawa
teman-teman ke rumah karena hal itu merepotkan orang tua, terutama ibu,
10. Jujur, suka mengaku setiap kesalahan sendiri
dan tidak pernah melemparkannya kepada orang lain,
11. Memperlakukan pembantu seperti keluarga
sendiri, tidak pernah menyakitinya agar ia betah karena ketidakbetahan membantu
sangat merepotkan ibu.
TATA KRAMA BERPAKAIAN
Gunakan pakaian sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pakaian olah raga,
piyama, atau daster misalnya tidak baik digunakan untuk menerima tamu resmi di
ruang tamu keluarga, Kaus oblong dan sandal termasuk pakaian santai, seyogianya
tidak dipergunakan di tempat-tempat resmi, juga di dalam kampus, lebih-lebih di
ruang kuliah, Pakaian hendaknya tidak terlalu ketat atau terlalu pendek di
bagian bawah maupun bagian atas, Pakaian selalu rapi, bersih dan tidak kusut,
Perhiasan seperlunya, tidak berlebihan, terutama di kampus, Di tengah hari yang
terik sebaiknya tidak menggunakan pakaian berwarna hitam pekat atau merah
menyala dan dalam cuaca yang mendung atau hujan (becek) tidak dianjurkan
menggunakan pakaian berwarna putih.
TATA KRAMA BERBICARA
Berbicara dan tertawa pun sering menarik perhatian orang. Agar tidak menarik
perhatian yang negatif hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Suara hendaknya sekedar cukup terdengar oleh lawan bicara agar tidak
mengganggu,
Berbicara tenang, tidak tergesa-gesa agar ludah tidak berkecipratan ke luar mulut,
Mulut tidak terlalu dekat pada muka lawan bicara agar uap mulut tidak tercium olehnya,
Waktu tertawa, mulut tidak dibuka terlalu lebar sehingga tampak bagian dalam mulut, demikian pula suaranya, tidak keras-keras, Janganlah berbicara atau ketawa jika mulut penuh berisi makanan,
Berbicara tenang, tidak tergesa-gesa agar ludah tidak berkecipratan ke luar mulut,
Mulut tidak terlalu dekat pada muka lawan bicara agar uap mulut tidak tercium olehnya,
Waktu tertawa, mulut tidak dibuka terlalu lebar sehingga tampak bagian dalam mulut, demikian pula suaranya, tidak keras-keras, Janganlah berbicara atau ketawa jika mulut penuh berisi makanan,
Pada waktu berbicara, wajah dan pandangan kita hendaknya selalu terarah lurus
kepada lawan bicara. Bicara sambil berpaling ke sana ke mari dianggap tidak
sopan. Demikianpula jika lawan bicara sedang berbicara,
Palingkanlah muka sejenak ke arah lain dan/atau tutuplah mulut dengan tangan
atau sapu tangan jika kita tiba-tiba batuk atau bersin ketika sedang berbicara,
Usahakanlah agar tidak memotong bicara, apalagi tiba-tiba menegur/menyapa atau
berbicara dengan orang lain pada waktu lawan bicara masih berbicara.
Kalaupun sangat terpaksa, mintalah izin/maaf terlebih dahulu kepada lawan
bicara, Ingat-ingatlah agar tidak memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana
atau melipat keduanya di dada atau menggendong keduanya di belakang atau
berdiri dengan sebelah kaki yang dilenturkan atau diangkat ke atas waktu
berbicara/bercakap-cakap dengan orang-orang yang dihormati.
TATA KRAMA MAKAN
BERSAMA DI MEJA MAKAN
Pada waktu makan bersama, lebih-lebih di meja makan, hendaknya diperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
Gunakanlah sendok garpu jika makanan basah, misalnya nasi bercampur kuah dan
lain-lain, Janganlah menumpuk makanan di atas piring makanan kita, tetapi
habiskanlah makanan makanan yang telah kita ambil; penyisaan makanan dapat
menyinggung tuan rumah, Tidak mengisi mulut terlalu padat sehingga menyebabkan
sukar menelan atau makanan menyumbat di tenggorokan, Tidak berbicara pada waktu
mulut masih penuh dengan makanan, Kunyahlah makanan demikian rupa sehingga
tidak terdengar dari dalam mulut bunyi keciplak atau gigi-gigi yang beradu.
Mengunyah terlalu cepat juga dapat memberikan kesan orang yang rakus,
Tempatkanlah mulut di atas piring makanan agar makanan yang jatuh waktu
diangkat tidak jatuh ke luar piring atau mengotori pakaian kita, Usahakanlah
agar selama makan tidak bercerita tentang hal-hal yang menjijikkan sehingga
membuat orang mual atau yang terlalu lucu sehingga membuat orang tertawa
terpingkal-pingkal, Usahakanlah pula agar tidak batuk, bersin, atau
mengeluarkan/membuang ingus. Jika sangat terpaksa, tinggalkanlah dahulu meja
makan ke tempat yang cukup jauh. Juga tidak dibenarkan bersendawa, Usahakanlah
agar alat-alat makan tidak berdentingan atau gemerincing, Sehabis makan tidak
dibenarkan berkumur, mencuci tangan dengan air minum di atas piring makan, menggunakan
tusuk gigi sebelum semua orang selesai makan, Menggunakan tusuk gigi hendaknya
sambil melindungi mulut dengan tangan dan sarbet hanya digunakan untuk menyeka
mulut atau melap tangan, bukan untuk menyeka ingus, Sebaiknya sebelum makan
dimulai, masing-masing mengucapkan selamat makan dan mengajak makan pada orang
yang tidak ikut makan. Yang terakhir ini lebih banyak bersifat basa-basi,
tetapi jika tidak dilakukan, orang bisa menganggap kita tidak tahu
sopan-santun.
TATA KRAMA BERJALAN
Berjalan yang sesuai dengan norma-norma sopan-santun meliputi antara lain
hal-hal sebagai berikut: Berjalan secara wajar, langkah tidak dibuat-buat
seakan-akan agar tampak gagah (laki-laki) atau menarik/menggiurkan dengan lenggang-lenggok
berlebihan (wanita), Usahakanlah agar tumit sepatu yang keras tidak terlalu
keras memukul jalan atau lantai, lebih-lebih di tempat-tempat yang memerlukan
keheningan (ruang kuliah, ruang rapat, poliklinik, dll.), Berjalan di depan/di
dekat atau melewati orang-orang yang sedang duduk atau berdiri hendaknya tidak
terlalu dekat, apalagi menyentuh mereka. Sebaiknya katakan ”Permisi sambil
membungkuk pada saat melewati mereka.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian
Tata krama adalah kebiasaan
sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia setempat.
Tata krama terdiri atas tata dan krama. Tata berarti adat, aturan , norma,
peraturan. Krama berarti sopan santun, kelakuan tindakan, perbuatan. Dengan
demikian, tata
krama berarti adab sopan santun,
kebiasaan sopan santun, atau sopan santun. Etika berisi perbuatan yang ada
nilainya sedangkan tata krama adalah etika yang didalamnya ada unsur adat,
aturan dan norma.
Hubungan etika dan
tata krama adalah didalam setiap baik buruknya perilaku yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari terdapat segala bentuk aturan yang harus ditaati agar
terbentuk karakter yang menjunjung tinggi nilai kesopanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://oktasariya.blogspot.co.id/2015/10/makalah-hubungan-etika-dan-tata-krama.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar